Buat yang sudah nikah, mau nikah dan yang punya niat mau nikah tidak ada salahnya dibaca. boleh juga dibagikan kepada orang-orang yang mungkin anda kenal, jika memang ada manfaatnya.
Pernikahan adalah menyatunya dua anak manusia yang dilandasi suka,sayang dan cinta serta restu dari kedua orang tua masing-masing. serta pernikahan bisa disebut juga menyatunya dua karakter,sifat dan ego yang berbeda. pernikahan suatu yang sakral karena dimulai dengan ritual yang sesuai dengan aturan agama dan ketentuan dari pemerintahan masing-masing serta disaksikan oleh orang banyak.
Didalam berumah tangga yang namanya pertengkaran pasti dialami setiap orang yang sudah menikah, baik itu dipicu karena masalah ekonomi,anak,orang ketiga,pekerjaan dan lain-lain.
Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, jikalau ada seseorang berkata : " saya tidak pernah bertengkar dengan pasangan hidup saya" !! kemungkinanya ada dua. mungkin yang bicara demikian belum menikah atau yang berkata tersebut berbohong. yang jelas kita perlu menikmati saat-saat bertengkar dengan pasangan hidup kita, tapi lebih baik lagi menikmati saat-saat tidak sedang bertengkar. bertengkar itu sebenarnya sebuah kegiatan dalam berdiskusi hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi.
jika semua pasangan yang sudah menikah tahu etika dalam bertengkar, maka dapat mereguk hikmah. betapa tidak ? justru dalam pertengkaran dan setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam. yang keluar dari mulut dengan desakan energi tingkat tinggi serta membawa pesan-pesan yang sangat kental terhadap pasanganya, lebih mudah dicerna dan sebuah kejujuran ketimbang basa basi tanpa emosi.
Pernah kita suatu saat mendengar seseorang berbincang dengan orang yang akan menjadi pasangan hidupnya, dan salah satunya bertanya ? apakah engkau bersedia berbagi masa depan dengan saya, kemudian dijawab bersedia. suatu jawaban yang sudah tentu diharapkan.
kemudian mulailah mereka berdua membicarakan sebuah rumah tangga yang diharapkan dimasa depan. salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan disaat pasangan tersebut bertengkar. setelah saling bertukar fikiran dan saling memberikan masukan akhirnya diambil beberapa kesimpulan. (semacam perjanjian tak tertulis)
1. Jika terjadi pertengkaran tidak boleh jamaah.
Cukup seorang saja yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang marah reda. biasakan jika marah-marah jangan berjamaah, karena dengan seorang yang marah sudah cukup menjadi rumah meriah.
jika seorang istri sedang marah dan suami mau menyela segara katakan "STOP" ini giliran saya ! maka sang suami harus diam sambil ber istighfar dalam hati. sambil menahan senyum kemudian berkata dalam hati : " kamu makin cantik kalau marah, makin enerjik....." karena dengan diam itupun sudah melakukan satu kebajikan.
marah adalah suatu jalan yang tersalurkanya sebuah luapan perasaan hati orang yang kita kasihi. tidak ada salahnya jika pasangan kita marah kita memujinya " oh... kekasih.. bicaralah terus, jika dengan itu hatimu menjadi lega,maka dengan kelegaan hatimu aku menunggu sesuatu yang baru..
demikian juga jika giliran suami yang marah (olah raga otot muka) yang menganggap sebagai distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, sampah harus dibuang agar tidak menebar kuman. dan giliran istri yang bersedia menjadi keranjang sampah kemarahan suami. karena setiap pasangan akan meluapkan kekesalanya dengan pasanganya sendiri tidak berani meluapkan kepada orang lain.
memang marah tidak harus berjamaah,sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjamaah selain marah.
2. Bertengkar hanya untuk persoalan itu saja, jangan suka mengungkit masa lalu dan merembet hal yang lain.
siapapun jika diungkit masa lalunya pasti tidak terima dan akan terpojok, sebab masa lalu adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak mungkin dapat dirubah kembali.
siapapun orangnya tidak akan suka nilai masa lalunya, sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga kedepan nanti. dalam bertengkarpun kita harus menjaga harapan dan bukan malah menghancurkan sesuatu yang sudah terbentuk. sebab pertengkaran yang terjadi diantara orang masih mempunyai harapan dan menganggap pertengkaran hanya sebuah foreplay disaat akan berhubungan.
sedangkan pertengkaran pasangan yang sudah mengalami keputus asaan menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangun.
Ada beberapa contoh kasus yang dialami seseorang dalam berumah tangga :
> Kalau seorang suami terlambat pulang dan istri marah, maka kemarahan istri atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamanya, "adalah sebuah ungkapan rasa rindu yang keras". tapi bila itu dikaitkan dengan seluruh keterlambatan sang suami kemarin,minggu lalu atau bulan lalu dapat membuat sang suami terpuruk.
> Bila minuman atau makanan yang disajikan seorang istri kepada suaminya dan tidak sesuai dengan selera suami dan sepedas apapun kemarahan suami. ketahuilah itu ungkapan agar suami lebih
ingin diperhatikan lebih jauh lagi. tapi jika kemarahan hari ini dihubungkan dengan kesalahan yang kemarin atau minggu lalu serta ditambah tuduhan "sudah tidak suka lagi ya dengan saya" maka sang suami telah menjepitnya dengan hari yang lalu dapat mengubur bahkan membunuh rasa cintanya seorang istri.ketahuilah para suami, jika cinta seorang istri padam, maka suami juga yang akan susah.
3. Kalau bertengkar jangan membawa keluarga yang lain.
Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, jikalau ada seseorang berkata : " saya tidak pernah bertengkar dengan pasangan hidup saya" !! kemungkinanya ada dua. mungkin yang bicara demikian belum menikah atau yang berkata tersebut berbohong. yang jelas kita perlu menikmati saat-saat bertengkar dengan pasangan hidup kita, tapi lebih baik lagi menikmati saat-saat tidak sedang bertengkar. bertengkar itu sebenarnya sebuah kegiatan dalam berdiskusi hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi.
jika semua pasangan yang sudah menikah tahu etika dalam bertengkar, maka dapat mereguk hikmah. betapa tidak ? justru dalam pertengkaran dan setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam. yang keluar dari mulut dengan desakan energi tingkat tinggi serta membawa pesan-pesan yang sangat kental terhadap pasanganya, lebih mudah dicerna dan sebuah kejujuran ketimbang basa basi tanpa emosi.
Pernah kita suatu saat mendengar seseorang berbincang dengan orang yang akan menjadi pasangan hidupnya, dan salah satunya bertanya ? apakah engkau bersedia berbagi masa depan dengan saya, kemudian dijawab bersedia. suatu jawaban yang sudah tentu diharapkan.
kemudian mulailah mereka berdua membicarakan sebuah rumah tangga yang diharapkan dimasa depan. salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan disaat pasangan tersebut bertengkar. setelah saling bertukar fikiran dan saling memberikan masukan akhirnya diambil beberapa kesimpulan. (semacam perjanjian tak tertulis)
1. Jika terjadi pertengkaran tidak boleh jamaah.
Cukup seorang saja yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang marah reda. biasakan jika marah-marah jangan berjamaah, karena dengan seorang yang marah sudah cukup menjadi rumah meriah.
jika seorang istri sedang marah dan suami mau menyela segara katakan "STOP" ini giliran saya ! maka sang suami harus diam sambil ber istighfar dalam hati. sambil menahan senyum kemudian berkata dalam hati : " kamu makin cantik kalau marah, makin enerjik....." karena dengan diam itupun sudah melakukan satu kebajikan.
marah adalah suatu jalan yang tersalurkanya sebuah luapan perasaan hati orang yang kita kasihi. tidak ada salahnya jika pasangan kita marah kita memujinya " oh... kekasih.. bicaralah terus, jika dengan itu hatimu menjadi lega,maka dengan kelegaan hatimu aku menunggu sesuatu yang baru..
demikian juga jika giliran suami yang marah (olah raga otot muka) yang menganggap sebagai distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, sampah harus dibuang agar tidak menebar kuman. dan giliran istri yang bersedia menjadi keranjang sampah kemarahan suami. karena setiap pasangan akan meluapkan kekesalanya dengan pasanganya sendiri tidak berani meluapkan kepada orang lain.
memang marah tidak harus berjamaah,sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjamaah selain marah.
2. Bertengkar hanya untuk persoalan itu saja, jangan suka mengungkit masa lalu dan merembet hal yang lain.
siapapun jika diungkit masa lalunya pasti tidak terima dan akan terpojok, sebab masa lalu adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak mungkin dapat dirubah kembali.
siapapun orangnya tidak akan suka nilai masa lalunya, sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga kedepan nanti. dalam bertengkarpun kita harus menjaga harapan dan bukan malah menghancurkan sesuatu yang sudah terbentuk. sebab pertengkaran yang terjadi diantara orang masih mempunyai harapan dan menganggap pertengkaran hanya sebuah foreplay disaat akan berhubungan.
sedangkan pertengkaran pasangan yang sudah mengalami keputus asaan menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangun.
Ada beberapa contoh kasus yang dialami seseorang dalam berumah tangga :
> Kalau seorang suami terlambat pulang dan istri marah, maka kemarahan istri atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamanya, "adalah sebuah ungkapan rasa rindu yang keras". tapi bila itu dikaitkan dengan seluruh keterlambatan sang suami kemarin,minggu lalu atau bulan lalu dapat membuat sang suami terpuruk.
> Bila minuman atau makanan yang disajikan seorang istri kepada suaminya dan tidak sesuai dengan selera suami dan sepedas apapun kemarahan suami. ketahuilah itu ungkapan agar suami lebih
ingin diperhatikan lebih jauh lagi. tapi jika kemarahan hari ini dihubungkan dengan kesalahan yang kemarin atau minggu lalu serta ditambah tuduhan "sudah tidak suka lagi ya dengan saya" maka sang suami telah menjepitnya dengan hari yang lalu dapat mengubur bahkan membunuh rasa cintanya seorang istri.ketahuilah para suami, jika cinta seorang istri padam, maka suami juga yang akan susah.
3. Kalau bertengkar jangan membawa keluarga yang lain.
Sepasang suami istri terikat baru beberapa tahun. tapi seorang anak dengan orangtuanya sudah bertahun-tahun bersama begitupula dengan saudara kandung serta saudara lainya.
biasanya setiap pasangan yang bertengkar tidak akan sampai meledak-ledak jikalau dipraktekan poin 1 dan 2. tapi jika keluarga besar baik pihak suami atau istri dibawa-bawa dalam pertengkaran akan berakibat panjang urusan penyelesainya.
jika seseorang sudah berumah tangga harus belajar mengabaikan siapapun didunia ini selain pasanganya. buat apa juga membawa barang lain kekancah "awal cinta yang panas ini".
ingat kata para orang tua : Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak. memarahi orang yang mencintai kita lebih mudah diminta maafnya daripada marah yang tidak mengenal hati dan diri kita. jika bertengkar jangan lagi membawa-bawa mertua untuk dumusuhi.
4. Kalau bertengkar jangan didepan anak-anak.
Anak kita tidak lahir dari hasil buah cinta kasih sepasang suami istri, bukan lahir karena kemarahan dan kebencian. oleh karena itu mengapa mereka harus menonton komedi liar pertengkaran.
anak yang melihat orangtunya bertengkar bingung harus memihak siapa. membela ayah bagaimana dengan ibunya, membela ibu tapi itukan ayahnya.
* ibu : "saya ini cape",saya mencuci,bersihin rumah,ngurus anak,masak dan kamu datang main suruh saja seperti itu ! memang saya ini babu !!!
* ayah : "saya juga capek", kerja seharian, kamu minta ini minta itu dan aku harus cari lebih banyak lagi untuk keperluan keluarga ini dan dirimu. saya pulang hormatmu tidak ada !! memangnya saya ini kuda !!!
* anak yang sedang mendengarkan berkata : yaaaaa...ibu saya babu, ayah saya kuda.. lalu saya ini apa?
sepasang suami istri bila sedang bertengkar tetap harus bijak. dan salah satu dari pasangan tersebut harus berkata. hentikan pertengkaran !! ketika anak datang. lihat mata anak kita dalam kelopaknya ada rindu dan kebersamaan,pada tawanya ada jejak kerjasama yang romantis. haruskah anak kita mendengar bahasa hati kita yang penuh dengan emosi ???.
Kalau memang sepasang suami istri masih ada rasa cinta dan masih saling mencintai harus saling memaafkan . dengan jiwa besar yang bersalah dan dipersalahkan harus meminta maaf dari pasanganya dan pasangan yang merasa benar harus memaafkan kekhilafan pasanganya. setelah itu keadaan harus sudah kembali tenang seperti semula merajut kembali hari esok dengan hati yang tenang dan jiwa yang tentram.
masa dalam menjalani biduk rumah tangga dapat di bagi menjadi 3 bagian :
1. Masa pernikahan 5 tahun pertama adalah masa Adaptasi pasangan.
dimasa ini frekwensi pertengkaran sering terjadi (bisa seminggu 3 kali) dari level ringan sampai terberat, serta dengan pemicu yang beragam pula.karena dimasa ini setiap pasangan masih berusaha menyatukan dan coba mengerti karakter,sifat dan egonya masing-masing.
2. Masa pernikahan 5 tahun kedua adalah masa Transisi pasangan.
dimasa ini frekwensi pertengkaran sudah sangat jarang terjadi (sebulan hanya sekali), karena masing-masing pasangan sudah mulai mengenal karakter,kesukaan,tabiat,perilaku serta sudah dapat mengendalikan emosinya. level pertengkaranpun hanya sebatas ringan dan sedang.
3. Masa pernikahan 5 tahun ketiga adalah masa Harmonisasi pasangan.
jika sudah sampai dimasa ini pertengkaran sudah tidak terjadi lagi, karena jiwa dan karakter setiap pasangan sudah menyatu. sudah dapat mengendalikan emosi,ego dan jika ada perselisihan dapat dibicarakan bersama tanpa emosional.
Memang untuk mencapai tahap 5 tahun ketiga penuh cobaan dari yang ringan sampai terberat, jika mampu bertahan sampai 5 tahun kedepan. tandanya sudah lulus ujian dan tinggal memetik buah manisnya pernikahan.
Memang untuk mencapai tahap 5 tahun ketiga penuh cobaan dari yang ringan sampai terberat, jika mampu bertahan sampai 5 tahun kedepan. tandanya sudah lulus ujian dan tinggal memetik buah manisnya pernikahan.
sekian semoga bermanfaat...
wassalam
bangdjo
jangan lupa like - komentar - +1 - join member
No comments:
Post a Comment
"Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar"